Bibel atau kitab suci Kristen ini memiliki dua bagian besar, yakni Perjanjian Lama (Old Testament) dan Perjanjian Baru (New Testament).
Perjanjian Lama adalah Kitab Ibrani yang berasal dari agama Yahudi, yang ditulis antara sekitar 1.200 dan 165 Sebelum Masehi. Sedangkan Perjanjian Baru ditulis oleh orang-orang Kristen pada abad pertama Masehi.
Meski Bibel diyakini berisi firman Tuhan, kitab yang paling banyak dibaca di seluruh dunia ini berisi cerita, kidung, puisi, surat dan sejarah serta sastra yang pada awal penulisannya (100-200 tahun pertama) ditulis tangan oleh orang-orang yang tidak profesional.
Hal tersebut menyebabkan banyak kesalahan, kekeliruan dan terutama sekali perubahan pada Bibel, menurut Business Insider (BI), situs berita yang berbasis di Amerika Serikat dalam sebuah video yang telah dipublikasikan di YouTube.
BI mencatat setidaknya ada tiga perubahan besar dalam Bibel.
Pertama, manuskrip Bibel paling awal, yakni Kitab Yohanes tidak menyebutkan kisah tentang Yesus yang menantang orang-orang untuk merajam seorang perempuan dengan mengatakan “biarkan di antara kalian yang tak berdosa melemparkan batu pertama.”
Kisah tersebut dimasukkan ke dalam Kitab Yohanes sekira 200 hingga 300 tahun setelah kejadian itu.
Bill Warren, seorang cendekiawan di Seminari Teologi Baptis New Orleans, Amerika Serikat mengatakan bahwa gereja awal membuat kanonisasi (penetapan) kitab-kitab dan bukan kisah-kisah.
Dengan demikian, jika sebuah kitab memiliki kisah-kisah autentik dari Yesus yang disampaikan secara lisan, maka harus ada jalan untuk memasukkannya ke dalam naskah tertulis.
Ke dua, Kitab Markus menjelaskan tentang bagaimana Yesus bangkit dari kubur pada hari ke-3 dan menampakkan dirinya kepada beberapa orang, termasuk murid-muridnya.
Padahal, di dalam manuskrip-manuskrip asli Markus, kisah ini tidak ditemukan.
Warren mengatakan bahwa para penulis kisah ini melihat kitab-kitab lain yang berisi kisah tentang kebangkitan.
Maka, mereka merasa menambah kisah kebangkitan di dalam Kitab Markus akan membuat naskah Bibel lebih baik.
Ke tiga, di dalam Kitab Lukas tertulis Yesus memohon ampun untuk para penghukumnya karena tidak memahami apa yang mereka lakukan.
Awalnya kisah ini tidak dimaksudkan untuk menggambarkan perbuatan orang-orang Romawi.
Menurut Bart D Airmen, penulis “Kesalahan Mengutip Yesus: Kisah Di Balik Siapa Yang Mengubah Bibel dan Mengapa”, versi awal kisah itu merujuk para pemimpin Yahudi yang telah memvonis Yesus dengan hukuman mati.
Dia mengatakan bahwa hal tersebut merupakan masalah bagi Umat Kristen pada abad ke-2 dan ke-3 yang percaya bahwa Tuhan belum mengampuni orang-orang Yahudi dan masih menyalahkan mereka karena “membunuh Yesus”.
Jadi kisah itu dihilangkan, tapi kemudian ditambahkan ke dalam kitab itu beberapa abad setelahnya dan berubah dengan merujuk pada orang-orang Romawi.
Pada tahun 1940-an ketika Gulungan Naskah Laut Mati (Dead Sea Scrolls) ditemukan kita menemukan versi dari Perjanjian Lama yang berisi versi alternatif dari kitab-kitab itu, termasuk Kitab Samuel.
Hingga kini, para cendekiawan terus berdebat tentang banyak aspek dari Bibel dan bagaimana kitab itu berubah selama berabad-abad.
Penulis: Share Salaam
Tulisan ini bersumber dari video yang dipublikasikan oleh Business Insider berjudul “How the Bible has changed over the past 2.000 years” di saluran YouTube.
Sebagian tulisan juga merujuk pada artikel BBC.