Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Hentakan sayap Jibril pancarkan Zamzam dari dalam bumi

Ilustrasi. (Amadej Tauses on Unsplash)

Munculnya air Zamzam yang penuh berkah dimulai sekira 4.000 tahun yang lalu saat Nabi Ibrahim عليه السلام melaksanakan perintah Allah ﷻ untuk meninggalkan istrinya, Hajar serta putranya yang masih kecil, Nabi Ismail عليه السلام  di tengah gurun, di lembah Makkah yang kering dan tandus.

Bekal sekantung air dan kurma tak cukup bagi Hajar dan Ismail عليه السلام bertahan di bawah terik matahari di lembah Makkah yang tak berpenghuni.

Cemas melihat putranya terus menangis karena kehausan, Hajar pun bergegas mencari sumber air dengan naik ke bukit terdekat, Bukit Shafa.

Di puncak bukit itu, pandangannya diarahkan ke lembah di sekelilingnya, berharap ada orang di sana yang dapat membantunya, namun tak ada satu pun manusia dilihatnya.

Tak menyerah, Hajar turun ke lembah, lalu naik ke Bukit Marwah. Apa yang dilihatnya pun tetap sama, hanya hamparan gurun kering nan tandus.

Tujuh kali Hajar bolak balik naik ke Bukti Shafa, kemudian turun ke lembah, lalu naik lagi ke Bukit Marwah.

Kelak, Allah ﷻ mengabadikan hal ini sebagai salah satu rukun dalam ibadah Haji dan umrah yang disebut sebagai Sa’i yakni berjalan kaki atau berlari-lari kecil bolak-balik sebanyak tujuh kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah dan sebaliknya.

Kedua bukit berjarak sekitar 405 meter satu sama lain.

Hentakan sayap Jibril pancarkan Zamzam dari dalam bumi
Jamaah Muslim berkumpul di Bukit Shafa yang merupakan awal dari rukun Sa’i, yakni berlari-lari kecil tujuh kali bolak-balik dari Shafa ke Marwah guna mengulang kembali usaha Sayyidah Hajar saat mencari sumber air bagi putranya, Nabi Ismai عليه السلام. (www.ummahtour.co.uk)

Sebagai seorang ibu yang melihat anaknya terus menangis karena kehausan, Hajar tak kuasa menahan cemas.

Bagi seorang perempuan, ditinggal sendiri bersama seorang anak kecil di tempat yang asing tak berpenghuni juga kering dan tandus tentulah membuat Hajar bingung dan sedih.

Namun, sebelum benar-benar meninggalkan istri dan putranya, Nabi Ibrahim عليه السلام telah memanjatkan doa kehadirat Allah ﷻ sesampainya di Tsaniyah, yakni jalan bebukitan menuju jalan ke Kada.

Rasulullah ketika memasuki Makkah juga melewati jalan tersebut.

Saat keluarganya tidak dapat melihatnya lagi, Nabi Ibrahim عليه السلام menghadap Baitullah dan mengangkat dua tangannya seraya berucap:

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” [Terjemahan Surat Ibrahim (14): 37]

Zamzam terpancar

Ketika berada di atas bukit Marwah, Hajar mendengar sebuah suara, dan dia berkata kepada dirinya sendiri, “Diam!”

Setelah diperhatikannya ternyata memang benar Hajar mendengar suara, kemudian dia pun berkata, “Aku telah mendengar, apakah di sana ada pertolongan?”

Tiba-tiba Hajar melihat Malaikat Jibril sedang mengais tanah dengan kakinya (atau dengan sayapnya, sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain), kemudian memukulkan kakinya di atas tanah. Lalu, keluarlah dari dalam tanah pancaran air.

Hajar pun bergegas mengambil dan menampungnya. Diciduknya air itu dengan tangannya dan dimasukkannya ke dalam tempat air.

Setelah diciduk, air tersebut justru semakin memancar. Dia pun minum air itu dan juga memberikan kepada putranya, Ismail عليه السلام, sembari terus mengucapkan Zomë Zomë, yang berarti berhenti mengalir atau bekumpul-berkumpul.

Zamzam juga diyakni diambil dari galian Malaikat Jibril dan perkataannya, ketika ia berkata kepada Hajar.

Dalam bahasa Arab kata Zamzam berarti yang banyak atau melimpah.

Disebutkan juga, bahwa nama Zamzam adalah ‘alam, atau nama asal yang berdiri sendiri, bukan berasal dari kalimat atau kata lain. Atau juga diambil dari suara air Zamzam tersebut, karena zamzamatul ma’ adalah suara air itu sendiri.

Nama lain Zamzam antara lain disebut barrah (kebaikan), madhmunah (yang berharga), taktumu (yang tersembunyi), hazmah Jibril (galian Jibril), syifa’ suqim (obat penyakit), tha’amu tu’im (makanan), syarabul abrar (minuman orang-orang baik), dan thayyibah (yang baik).

Kemudian Malaikat Jibril berkata kepada Hajar, “Jangan takut terlantar. Sesungguhnya, di sinilah Baitullah yang akan dibangun oleh anak ini (Ismail) bersama ayahnya. Dan sesungguhnya, Allah (ﷻ) tidak akan menelantarkan hambanya.”

Beberapa waktu kemudian, datanglah orang-orang dari Kabilah Jurhum ke lembah Makkah karena melihat burung-burung berterbangan dan berputar-putar di tempat ini.

Mereka yakin bahwa jika ada burung berputar-putar, maka di tempat tersebut pasti ada air.

Mereka pun kemudian mendatangi lembah Makkah dan meminta izin Ummu Ismail untuk memanfaatkan Zamzam.

Ummu Ismail pun mempersilahkan dengan syarat mereka tidak berhak memiliki (sumber) air tersebut, dan disepakati oleh Kabilah Jurhum.

Sumber: www.almanhaj.com; Saudi Geological Survey

Penulis: Share Salaam

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *