Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Kiswah dibuat sejak zaman Nabi Ismail عليه السلام

Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi tahun 1881. Foto ini diambil oleh Muhammad Sadiq Bey. (Arabnews)

Secara harfiah, Ka’bah berarti tempat untuk diperlakukan dengan hormat dan mungkin juga merupakan turunan dari kata yang berarti kubus.

Ka’bah yang terbuat batu diyakini dibangun sejak zaman Nabi Adam عليه السلام di atas sebuah tempat suci.

Ka’bah kemudian direnovasi oleh Nabi Ibrahim عليه السلام dan putranya Nabi Ismail عليه السلام sekira 4.000 tahun yang lalu.

Ka’bah di Makkah adalah pusat Islam karena ke arah bangunan inilah seluruh Muslim di dunia menghadap ketika menunaikan sholat.

Ka’bah juga menjadi pusat ibadah Haji dan umroh, di mana Umat Islam mengelilinginya sebanyak tujuh kali dengan berlawanan arah jarum jam (Ka’bah ada di sisi kiri) sembari memperbanyak zikir dan doa.

Karena sangat sakralnya Ka’bah, menutupnya dengan kain penutup yang disebut sebagai Kiswah merupakan hal yang juga sangat penting.

Sejarah menunjukkan dua catatan penting mengenai awal dibuatnya Kiswah, yakni sejak Nabi Ismail  عليه السلام atau zaman salah satu kakek Nabi Muhammah ﷺ.

Pada awalnya, Kiswah dibuat dalam warna dan jenis bahan yang beragam.

Proses pembuatannya pun dilakukan di banyak tempat karena menyiapkan Kiswah dan menutup Ka’bah dengannya merupakan suatu kehormatan, sehingga muncul persaingan di antara keluarga dan kelompok-kelompok besar yang memperebutkan kesempatan istimewa tersebut.

Suku-suku dari Teluk Arab serta bagian lain dari Timur Tengah bekerja sama untuk memastikan bahwa Ka’bah tak pernah tidak tertutup, artinya Kiswah harus selalu menutupnya.

Pada masa Nabi Muhammad ﷺ, Kiswah terbuat dari kain yang berasal dari Yaman dan diganti sebanyak dua kali dalam setahun, yakni sebelum Ramadhan dan selama musim Haji.

Kemudian, selama masa pemerintahan Khalifah, membuat Kiswah secara resmi ditetapkan sebagai bagian dari kewajiban negara atau pemerintah.

Pada saat itu, Mesir yang terkenal dengan para ahli dan seniman tenun yang rumit dan elok  bertanggung jawab untuk menyiapkan Kiswah dengan bahan yang dibawa dari Sudah, India, Mesir dan Irak.

Selama ke-Khilafahan Ustmaniyah, pemilihan bahan dan penyulam Kiswah dilakukan dengan sangat hati-hati dan cermat.

Para penyulam dan penenun terbaik dipilih dari Tinees, sebuah kota di Mesir yang terkenal dengan fasilitas dan keunggulan dalam desain.

Pada masa itu, Kiswah terbuat dari sutra hitam yang di dalamnya terdapat berbagai motif dan bordir yang rumit.

Sejak itu, Kiswah tetap hitam dan warna itu dipertahankan hingga sekarang.

Pada tahun 160 Hijriyah (777 Masehi), Al-Mahdi Al-Abbasi memerintahkan agar Kiswah dibuat menjadi satu lapisan karena khawatir lama-kelamaan kain itu akan merusak Ka’bah. Sejak saat itu, Kiswah selalu dibuat satu lapisan.

Pada zaman kepemimpinan Raja Abdul Aziz pada 1343 Hijriyah (1925 Masehi), ia menerima tanggung jawab penuh untuk menjaga Ka’bah, termasuk menyiapkan Kiswah.

Raja Abdul Aziz memulai pembangunan pabrik Kiswah (Kiswah factory) pada tahun 1927 Masehi di Umm Eljoud di Makkah dengan teknologi paling mutakhir guna menghasilkan Kiswah dengan kualitas terbaik.

Sumber: Arabnews

Penulis: Share Salam

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *