Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Universitas Birmingham simpan manuskrip Al-Quran tertua di dunia

Salinan naskah Al-Quran dari zaman Khalifah Utsman radhiyallahu ‘anhu dipajang di sebuah ruangan di kantor Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jeddah, Arab Saudi, Juli 2018. (Share Salaam)

Saat kembali dari perjalanannya mengumpulkan lebih dari 3.000 manuskrip Timur Tengah yang tertulis dalam lebih dari 20 bahasa, termasuk Arab, Suriah, Etiopia, Georgia, Hebrew, Samaritan dan Armenia, pada tahun 1920-an, Alphonse Mingana (1878-1937) tak mengira bahwa di antara dokumen yang dibawanya ke Inggris tersebut ada dua lembar naskah yang sangat berharga yang nantinya memperkaya khasanah penemuan dan keilmuan tentang Islam.

Oleh Dr. Edward Cadbury (1873-1948), filantropis Inggris yang membiayai perjalanan tersebut, kumpulan manuskrip yang dikumpulkan oleh pendeta Chaldean (denominasi Kristen) yang lahir di Mosul, Irak dan menetap di Inggris itu diberi nama Koleksi Mingana yang diambil dari nama keluarga Alphonso.

Dokumen tua yang kemudian disimpan di perpustakaan Universitas Birmingham, Inggris itu hanya menjadi koleksi hingga pada tahun 2015 ketika seorang peneliti, Alba Fedeli PhD meneliti lebih jauh dua lembar perkamen yang terbuat dari kulit kambing bertulisan aksara Arab kuno dengan gaya Hijazi (berkembang pesat di Makkah dan Madinah) yang dicirikan oleh bentuk tulisan yang miring, dan memutuskan untuk melakukan penanggalan radioaktif.

Direktur koleksi khusus Universitas Birmingham, Susan Worrall, mengatakan para peneliti tidak menduga “dalam mimpi terliar mereka” bahwa fragmen tersebut berusia sangat tua, seperti dikutip dari BBC.

Hasil pengukuran radioaktif yang tingkat akurasinya mencapai 95,4 persen menunjukkan bahwa usia perkamen bertulisan Arab Hijazi tersebut mencapai setidaknya 1.370 tahun, menjadikan manuskrip Birmingham di antara salinan Al-Quran yang paling tua di dunia.

Universitas Birmingham simpan manuskrip Al-Quran tertua di dunia
Manuskrip Al-Quran yang termasuk dalam Koleksi Mingana disimpan di Universitas Birmingham, Inggris. (BBC)

Penulis manuskrip

Pengukuran radioaktif menunjukkan perkamen tersebut berasal dari antara tahun 568 dan 645 Masehi.

“Perkamen ini bisa membawa kita kembali ke dalam beberapa tahun setelah Islam diturunkan,” kata Profesor bidang kajian Kristen dan Islam di Universitas Birmingham, David Thomas.

“Menurut tradisi Muslim, Nabi Muhammad (shallallahu ‘alaihi wa sallam) menerima wahyu yang membentuk Al-Quran, kitab suci Islam, antara tahun 610 dan 632, tahun wafatnya,” jelas Prof. Thomas, seraya menambahkan bahwa sangat mungkin orang yang menulisnya hidup pada zaman Nabi Muhammad (shallallahu ‘alaihi wa sallam).

“Orang yang menulisnya bisa saja mengenal Nabi Muhammad (shallallahu ‘alaihi wa sallam). Dia mungkin melihatnya, dia mungkin mendengar khotbahnya. Dia mungkin mengenalnya secara pribadi – dan itu benar-benar gagasan yang cukup penting untuk dipikirkan,” katanya.

Menurut Prof. Thomas beberapa bagian dari Al-Quran ditulis di atas perkamen, batu, daun palem, dan tulang pundak unta – dan versi terakhir, dikumpulkan dalam bentuk buku, diselesaikan sekitar tahun 650 Masehi.

Dia mengatakan bahwa bagian-bagian dari Al-Quran yang ditulis pada perkamen ini mungkin, dengan tingkat kepercayaan cukup, tertanggal kurang dari dua dekade setelah wafatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam.

“Bagian-bagian ini merupakan bentuk yang sangat dekat dengan bentuk Al-Quran yang dibaca hari ini, sehingga mendukung pandangan bahwa naskah tersebut telah mengalami sedikit atau tidak ada perubahan,” kata Prof. Thomas.

Universitas Birmingham simpan manuskrip Al-Quran tertua di dunia
Profesor bidang kajian Kristen dan Islam di Universitas Birmingham, David Thomas. (BBC)

Dr. Waley, kurator untuk manuskrip semacam itu di perpustkaan British Library, mengatakan, “Kedua fragmen ini, yang ditulis dengan gaya Hijazi yang indah dan dapat dibaca, hampir pasti berasal dari masa tiga khalifah pertama.”

Tiga khalifah pertama adalah pemimpin Muslim antara sekitar 632 dan 656 Masehi.

Waley mengatakan bahwa di bawah kepemimpinan khalifah ketiga, Utsman ibn Affan radhiyallahu ‘anhu, salinan “edisi definitif” disebarkan secara masal.

Tahap penulisan Al Quran

Penulisan Al Quran telah dimulai pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Namun, Al-Quran lebih banyak dihapalkan dari pada ditulis karena kemampuan para Sahabat radhiyallahu ‘anhum sangat kuat dan cepat, dan jumlah penghapal sangat banyak.

Selain itu, orang yang dapat membaca dan menulis, serta sarananya masih terbatas, yakni pelepah kurma, potongan kulit, permukaan batu cadas atau tulang belikat unta.

Pada zaman Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu (573-634 Masehi) tahun dua belas Hijriah, banyak penghapal Al-Quran yang wafat terbunuh dalam beberapa peperangan.

Maka Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu memerintahkan para sahabat untuk mengumpulkan Al-Quran agar tidak hilang.

Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Umar Ibn Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengemukakan gagasan untuk menulis Al-Quran kepada Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu setelah selesainya perang Yamamah (632 Masehi).

Namun Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu tidak mau melakukannya karena takut dosa, sehingga Umar radhiyallahu ‘anhu terus-menerus mengemukakan pandangannya sampai Allah subhanahu wa ta’ala membukakan pintu hati Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu.

Kemudian, dia memanggil Zaid Ibn Tsabit radhiyallahu ‘anhu guna mencari dan mengumpulkan naskah Al-Quran yang ditulis di atas pelepah kurma, permukaan batu cadas dan dari hapalan para sahabat.

Mushaf tersebut berada di tangan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu hingga wafat, kemudian dipegang oleh Umar radhiyallahu ‘anhu hingga wafat, dan kemudian di pegang oleh Hafsah binti Umar radhiyallahu ‘anha.

Seiring dengan penyebaran Islam ke luar wilayah Arab, pada zaman Khalifah Utsman Ibn Affan radhiyallahu ‘anhu (577-656 Masehi) pada tahun dua puluh lima Hijriah, muncul perbedaan di antara kaum Muslimin dalam hal dialek bacaan Al-Quran.

Perbedaan itu sesuai dengan mushaf-mushaf yang berada di tangan para sahabat radhiyallahu ‘anhum.

Perbedaan dialek itu dikhawatirkan akan menjadi fitnah, sehingga Utsman radhiyallahu ‘anhu memerintahkan untuk mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut menjadi satu mushaf guna menyamakan bacaan Al-Quran.

Utsman radhiyallahu ‘anhu memerintahkan Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Az-Zubair, Sa’id Ibnul Ash dan Abdurrahman Ibnul Harits Ibn Hisyam radhiyallahu ‘anhum untuk menuliskan kembali naskah-naskah Al-Quran yang telah ada sebelumnya (dipegang oleh Hafshah) dan memperbanyaknya.

Zaid Ibn Tsabit berasal dari kaum Anshar sementara tiga orang yang lain berasal dari Quraisy.

Setelah menyelesaikan penulisan Al-Quran dalam dialek Quraisy (karena Al-Quran diturunkan dengan dialek tersebut), Utsman mengembalikan mushaf itu kepada Hafshah dan mengirimkan hasil pekerjaan tersebut ke seluruh penjuru negeri Islam.

Khalifah Utsman radhiyallahu ‘anhu juga memerintahkan untuk membakar naskah mushaf Al-Quran selainnya.

Kebijakan Utsman radhiyallahu ‘anhu menjadikan mushaf Al-Quran tak berubah dari awal sampai sekarang, disepakati oleh seluruh kaum Muslimin serta diriwayatkan secara akuntabel menurut kaidah periwayatan dalam Islam.

Universitas Birmingham simpan manuskrip Al-Quran tertua di dunia
Salinan naskah Al-Quran dari zaman Khalifah Utsman radhiyallahu ‘anhu dipajang di sebuah ruangan di kantor Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jeddah, Arab Saudi, Juli 2018. (Share Salaam)

Kekayaan

Naskah Al-Quran Birmingham merupakan kegembiraan tidak hanya bagi Muslim, namun juga bagi dunia akademik, ilmiah dan masyarakat umum seluruh dunia, terutama yang menaruh perhatian pada kajian sejarah dan ke-Islaman.

Karenanya, Universitas Birmingham telah memamerkan manuskrip kuno tersebut dalam sebuah pameran yang terbuka untuk umum pada Oktober 2015.

“Ketika saya melihat halaman-halaman ini saya sangat tersentuh. Ada air mata kegembiraan dan emosi di mata saya. Dan saya yakin orang-orang dari seluruh Inggris akan datang ke Birmingham untuk melihat manuskrip ini,” kata Muhammad Afzal, Pengurus Masjid Birmingham.

Seorang ulama telah mengidentifikasi tulisan pada lembaran salinan Al-Quran tersebut yang merupakan potongan dari Surat Al-Kahfi, dan Thaahaa ayat 1-5 dan ayat 17-20.

(1) Thaha

(2) Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah;

(3) melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),

(4) diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi,

(5) (yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy.

Universitas Birmingham simpan manuskrip Al-Quran tertua di dunia
Potongan surat Thaahaa (20), ayat 1-5 dari manuskrip Al-Quran Birmingham. (BBC)

(17) ”Dan apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa? ”

(18) Dia (Musa) berkata, “Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain.”

(19) Dia (Allah) berfirman, “Lemparkanlah ia, wahai Musa!”

(20) Lalu (Musa) melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.

Universitas Birmingham simpan manuskrip Al-Quran tertua di dunia
Potongan Surat Thaahaa (20), ayat 17-20 dari manuskrip Al-Quran Birmingham. (BBC)

Penulis: Share Salaam

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *